Pages

Monday, 31 August 2020

Rimbun Hutanku Wangi Kopiku Lestari Alamku

 

Rimbun Hutanku Wangi Kopiku Lestari Alamku

 

Apa hubungan kopi dengan konservasi https://hutanitu.id?

Pertama kita bahas dulu sejarah kopi di Indonesia. Sejarah kopi dimulai dari akhir abad ke-17 dibawa oleh VOC dari Malabar ke Jakarta tetapi gagal tumbuh karena banjir. Percobaan tanam ke-2 pada tahun 1700,dan kali ini berhasil. Pengujung abad ke-18 benih kopi dicoba ditanam di bantaran Kali Ciliwung di Batavia,kemudian benih kopi jenis arabika typika itu disemai di Priangan,Jawa Barat. Benih kopi tumbuh subur di Kawasan Priangan dan bahkan tahun 1726 kopi asal Cianjur memenangkan lelang kopi di Amsterdam. Karena arabika typika banyak hancur karena penyakit karat daun pada tahun 1876, maka Belanda mengembangkan jenis liberika dan robusta. Liberika yang awalnya dikira tahan terhadap penyakit ternyata masih terkena penyakit juga sehingga didatangkan kopi jenis robusta yang didatangkan dari Congo oleh Belanda,dimana sekarang jenis robusta inilah yang mendominasi kebun Nusantara.

Kopi merupakan tanaman konservasi karena penanaman kopi yang menyatu dengan beragam tanaman kehutanan dinilai efektif untuk meningkatkan kualitas kopi sekaligus menjaga kelestarian alam. Hal inilah yang membuat founder dari Klasik Bean memunculkan ide konservasi hutan dengan tanaman kopi. Klasik Bean adalah koperasi petani kopi yang berbasis di Garut,Jawa Barat. Diawali dari keprihatinan sekelompok pecinta alam sekaligus pecinta kopi yang melihat area hutan banyak dibabat atau berubah fungsi menjadi kebun sayur. Akibat dari pembabatan hutan dijadikan ladang-ladang sayur ini mengakibatkan area tersebut menjadi rawan terhadap banjir dan tanah longsor. Keinginan menjaga hutan supaya kembali menjadi fungsinya sebagai hutan tempat sumber air dan keanekaragaman hayati terpelihara inilah yang membuat mereka bersusah payah mencari cara dan riset. Gerakan yang dimulai dari tahun 2008 ini semakin berkembang saat ini bahkan berprestasi menjadi kopi official Olimpiade Tokyo 2020 ini,sayang karena kondisi Covid19 penyelenggaraan Olimpiade Tokyo tertunda.

Kopi dipilih karena kopi ini bisa tumbuh hanya dengan sinar matahari 30-40% saja sehingga kopi bisa tumbuh diantara pohon-pohon besar. Cita rasa dan kualitas kopi juga menjadi lebih kaya rasa sesuai dengan tumbuhan yang di sekitarnya. Semakin beragam tumbuhan di sekitarnya,maka makin unik rasa kopi yang dihasilkan. Varietas kopi yang sama bisa saja memiliki rasa yang berbeda jika ditanam di tempat yang berbeda,cara pengolahan berbeda akan membuat rasa yang berbeda pula. Pengolahan kering/natural bisa memunculkan berbagai aroma rasa. Adapun pengolahan basah bisa membuat kopi bercitarasa lebih ringan.

 Tempat kebun kopi yang baik adalah hutan yang menjaganya. Kopi yang berkualitas adalah kopi natural yang tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia. Pupuk yang dipakai adalah kompos buatan kelompok petani itu sendiri.

Koperasi Klasik Beans mengajarkan dari pembibitan kopi, penanaman kopi, pembuatan kompos dan konservasinya, budidaya kopi yang sehat sambil merawat hutan dan membuat jalur air. Pada intinya mereka diajarkan belajar menanam, panen dan mengolah hasil kopinya. Saat ini anggota koperasi ini di Jawa Barat hampir seribu lebih dan sudah mulai melebarkan sayap di Sulawesi, Sumatera dan Bali meskipun baru sebatas pilot project. Mereka sangat ketat dalam menjalankan organisasi ini dimana melarang penggunaan bahan kimia pestisida dan pupuk,jika diketahui ada anggota yang melanggar hal ini maka akan dikeluarkan dari kelompok koperasi ini. Hal ini menunjukkan kebulatan tekad mereka untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia.

Keberhasilan Klasik Beans ini menginspirasi banyak petani kopi untuk mengadopsi system yang sama.

Di Aceh ada juga Kopi Leuser yang dikomandani oleh Pak Danurfan yang mengembangkan sendiri setelah sebelumnya tergabung dalam kegiatan pendampingan petani menjalankan budidaya kopi secara agroforestry. Setiap penjualan 1 bungkus kopi akan ada dana yang disisihkan untuk membantu kelestarian hutan dan lingkungan.

Jadi sekarang jelas kan ya hubungan antara secangkir kopi hutan yang nikmat dan menjadi juara dunia dengan kelestarian hutan Indonesia.

Mari kita beristirahat dengan menghirup wanginya bau kopi dan menikmati citarasa kopi unik sekaligus menjaga kelestarian Hutan Indonesia.

 

 


 


Sumber tulisan :

  1. Jelajah Kopi Nusantara Kompas 11 April- 6 Juni 2018
  2. Liputan 6, Gerakan Kopi Konservasi-Petani Senang-Hutan Makin Rindang
  3. Ubrukopi.com/magazine/32_.html : Perjuangan panjang dibalik kesuksesan Klasik Beans
  4. PDF from Klasik Beans


 

 

12 comments:

  1. Duh, tulisan ini makin bikin kangen jalan-jalan deh! :)

    ReplyDelete
  2. Sebagai pencinta kopi..langsung terbayang den wangi dan nikmatnya kopi ..:-)

    ReplyDelete
  3. Keren tulisannya, jadi tahu sejarah kopi, wangi kopi langsung terhirup begitu saja... Indonesia luar biasa

    ReplyDelete
  4. Lengkap banget mbak, dan deskripsinya buat kita terbayang tempat nya, keren

    ReplyDelete
  5. Baru tau sejarah kopi,setelah baca ini...

    ReplyDelete
  6. Selalu dapat pengetahuan baru. Mantaaap...

    ReplyDelete
  7. Infonya sll komplit kakak 👍 sarat referensi 😎

    ReplyDelete
  8. Keren banget tulisannya. Jadi ingat kampung halaman. Kebetulan orang tua saya punya kebun kopi

    ReplyDelete
  9. Duh semoga orang lebih banyak tergerak untuk merawat hutan ya

    ReplyDelete

Pagi ini

  Setelah berhari-hari cuaca mendung, melihat langit biru sangat memukau hati. Keceriaan dan cerahnya langit membuat hati makin semangat bek...