Aku dan
Komunitasku
Hari ini aku mau cerita tentang aku dan komunitasku.
Aku suka gabung dengan komunitas, saat ini kira-kira ada 10 an kayanya komunitas
yang aku ikutin. Kenapa sih gabung dengan komunitas?. Kalau dari aku pribadi
gabung dengan komunitas ini meningkatkan level kita sekaligus sosialisasi
dengan banyak karakter orang sehingga memperkaya kita. Memperkaya disini bukan
dalam nilai materi saja tetapi lebih memperkaya ilmu dan mentalitas kita
sebagai manusia.
Jenis komunitas yang aku ikutin saat ini ada komunitas
bisnis, komunitas hobi, komunitas sosial dan komunitas olahraga. Nanti aku bahas
satu per-satu ya komunitas yang aku ikutin ini. Komunitas hobi yang aku ikutin
saat ini : komunitas origami, komunitas boneka washi, komunitas menulis,
komunitas blog adalah komunitas hobi yang aktif hampir tiap hari berinteraksi.
Komunitas olahraga yang aku ikutan adalah komunitas Pembinaa Mental Karate (PMK)
Kyokushinkai Indonesia, ini tergabung juga dengan Kyokushinkai Indonesia yaitu
pecahan-pecahan group PMK, ikut juga yang dunia, namun tidak aktif. Biarpun
sudah tidak pernah latihan lagi selama 20 tahun, namun jiwa Kyokushinkai sejati
tidak akan pernah hilang.
Komunitas bisnis yang pertama aku ikutin adalah
Komunitas Tangan Di Atas (TDA) namun sekarang hanya sesekali saja aktif di
sana. Saat ini aktif di Komunitas Women Preneur Community (WPC) atau
Karya Perempuan Indonesia, di group ini aktif sebagai admin group Whattsapp
Jabodetabek. Komunitas Bisnis Tangerang di sini aktif sebagai anggota yang tergabung
dalam group WA. Semua komunitas bisnis ini diikutin untuk bisa belajar sambil
praktek ke senior-senior yang sudah lebih dahulu terjun di bidang bisnis.
Banyak manfaat yang didapatkan dengan mengikuti dan aktif dalam komunitas
bisnis salah satunya ilmu marketing di sosial media dan koneksi. Selama kita
mau aktif bertanya dan menjalan relasi pertemanan dengan semua, maka akan
banyak manfaat yang kita dapatkan. Yang paling berkesan adalah bergabung di WPC,
sudah dari awal berdirinya WPC namun tidak pernah terlibat secara aktif, baru
tahun 2018 mengikuti inkubator bisnis yang diadakan oleh WPC, mata baru terbuka
dan paham bedanya kita mau bisnis atau kita hanya mau jualan. Di incubator ini digembleng
ilmu-ilmu dari para ahli, bukan sekedar seminar saja, mendengarkan terus
selesai, tapi disini dididik dari bagaimana membuat business plan sampai
membentuk usaha dalam 3 bulan, banyak tugas yang harus dikerjakan. Rasanya
memang imposible dalam 3 bulan langsung jalan bisnisnya. Namun terbukti
ada beberapa yang langsung melaju dalam 3 bulan karena biasanya sudah punya
bisnis sebelumnya, namun dijalankan tanpa ilmu yang benar sehingga hanya
sekedar jualan dan bukan bisnis. Semua ilmu yang kita terima kalau hanya
diterima saja tanpa dipraktekkan, ya hanya akan menjadi impian saja Namun
dengan belajar pada ahlinya dan kita praktekkan, dan banyak jatuh bangun dengan
rintangan yang ada, akan menguatkan bisnis kita. Yang perlu dipahami adalah
tidak ada yang instan, semua harus dipelajari terlebih dahulu. Dalam kondisi pandemi
saat ini, dengan tergabung dalam komunitas akan menguatkan kita bisa bertahan.
WPC membuat WPC Mart yaitu suatu sistem belanja online menjual produk-produk
dari WPC dan rekanan yang sudah dikurasi sebelumnya. Anggota bisa menjadi produsen,
marketer sekaligus konsumen dari WPC Mart ini. Jadi ada saling peduli dan
gotong royong untuk saling menyelamatkan bisnisnya. Jadi kalau kita mau belajar
bisnis, sebaiknya bergabung dengan komunitas bisnis. Pilihlah komunitas yang
sudah punya track record bagus dengan memantau hasil komunitas itu seperti apa,
jangan asal gabung tanpa paham bagaimana cara kerja di komunitas tersebut. Yang
ada nanti bukan menambah ilmu dan relasi malah membuat kita stress berat jika
masuk di komunitas yang penuh konflik dan tidak ada dukungan di sana, apalagi
komunitas yang hanya menghargai yang punya prestasi saja.
Nah sekarang bahas komunitas hobi, ternyata banyak ya
baru bahas komunitas bisnis saja di atas. Aku hobi paper craft dari origami awalnya
terus semua paper craft dari bikin kartu, bikin boneka kertas, papermache, semua
jenis kertas. Semua menarik buat dipelajari, tapi yang paling aktif di
komunitas origami dan boneka washi, karena punya group WAG dan termasuk
pengurus di dalamnya sehingga selalu aktif. Apalagi saat ini dimana komunitas
origami berkembang menjadi sebuah asosiasi origami untuk mencakup bidang yang
lebih luas lagi. Saat ini yang tergabung dalam fB komunitas ini ribuan dan
bukan hanya dari dalam negeri saja tetapi sampai pecinta origami dari manca
negara juga bergabung. Bahkan kami sudah menyelenggarakan 3 konvensi di
Surabaya yang pertama, ke-2 di Bandung dan terakhir tahun lalu di kota Yogya. Komunitas
ini sangat menyenangkan, kenapa?, karena pecinta origami dari umur 3-4 tahun
sampai senior umur 70-80 an tahun di seluruh dunia. Semua gembira begitu melihat
kertas origami. Dan di origami tidak ada kata senior atau ahli berdasarkan
usia, namun berdasarkan kemampuan. Tingkat Origamer Indonesia ini sudah
mendunia, membanggakan sekali. Origamer Indonesia sudah beberapa kali
memenangkan Olimpiade Origami yang diadakan setiap tahun. Jadi bukan sekedar
melipat kertas dengan desain dari orang lain, tetapi levelnya sudah menciptakan
desain sendiri dan membuat buku origami yang berisi desain-desain original
buatan sendiri. Tidak pernah menyangka perkembangannya menjadi sepesat itu,
dimana sebelumnya hampir tidak pernah diperhitungkan di dunia origami dunia. Origami
bukan cuma sekedar melipat kertas menjadi bentuk tertentu namun bisa menjadi
terapi juga, bahkan diterapkan di dunia teknik, termasuk teknik antariksa. Jadi
sudah hilang pernyataan origami hanya untuk anak taman kanak-kanak. Origamer
Indonesia yang menang kompetisi dan menciptakan desain-desain baru ini
kebanyakan berusia muda dari 9-30 an tahun, namun yang senior di atas usia 40
tahun juga ada. Origami tidak kenal usia tua muda, yunior senior, semua adalah
sama. Sesama pecinta seni melipat kertas.
Selain aktif di komunitas origami, aku juga bergabung
di komunitas boneka washi, disini peminat tidak sebanyak di komunitas origami,
dan kebanyakan anggota atau malah hampir 90% wanita saja. Kalau di Indonesia
itu ya peminat hampir semua wanita dan usia rata-rata 25-50 an tahun. Penyebabnya
mungkin salah satunya karena material boneka washi adalah kertas washi yang
harganya lumayan tinggi dibandingkan kertas origami. Seni membuat boneka washi
ini juga lebih rumit dengan tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi juga.
Tapi semua jerih payah dalam membuat boneka washi ini akan terbayar saat
melihat hasil boneka yang jadi. Karena jumlah peminat terkadang hanya 4 L (lu
lagi lu lagi, hehehe) jadi buku dan kertas juga terbatas di kalangan tertentu
saja. Nanti akan kubuat artikel khusus bahas komunitas special satu ini.
Kayanya sudah panjang juga padahal masih banyak yang
mau dibahas. Nanti lain kali disambung lagi ya. Dan lebih detail bahas tiap
komunitasnya.
Keren komunitas, mb Sien, semangat gotong royongnya dg tujuan maju barengnya 👍.
ReplyDelete