Pages

Wednesday, 19 August 2020

Kediri Ecocraft Weaving Trip

 

Kediri Ecocraft Waving Trip

 

Kisah kali ini dimulai dari mendengar cerita teman-teman komunitas origami yang menceritakan tentang Kediri. Kediri adalah kota terbesar ke-3 di Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang. Cerita tentang keindahan alam, kuliner dan tenun Kediri menjadi daya tarik untuk ke sana. Setelah hunting tiket kereta dan pesawat , akhirnya survey dimulai tanggal 6-8 Maret 2020. Ini kisah perjalanan terakhir di tahun 2020 sebelum kondisi covid-19 semakin parah dan tidak bisa bebas bepergian. Berasa masih beruntung sekali sempat pergi jalan-jalan survey ke Kediri.

Jumat siang pukul 14.30 izin pulang cepat , mandi dan langsung berangkat ke Gambir. Kereta Gajayana berangkat pukul 18 dan berdasarkan schedule akan sampai ke Kediri pukul 06 pagi. Pukul 18.05 baru keliatan kereta datang dan penumpang dipersilakan bersiap menaiki kereta.

Lega rasanya setelah menempati kursi di dalam kereta. Kondisi gerbong yang ditempati bisa dibilang padat dengan penumpang . Perjalanan dimulai ,nyaman duduk di dalam kereta, kebetulan duduk di samping jendela sehingga bisa melihat situasi di luar. Kereta berjalan lambat namun pasti, gerakan kereta yang konstan ditambah dengan capai setelah seharian bekerja dan harus berlari-lari menyebabkan mengantuk dan terlelap dalam perjalanan awal.

Pada saat kereta berhenti di Cirebon, sempat terbangun karena banyak penumpang yang turun di Cirebon, dan banyak pula yang naik dari Cirebon. Hiruk pikuk penumpang naik dan turun selama 10-15 menit, kemudian kereta mulai lagi berjalan perlahan. Kondisi kereta mulai sunyi lagi setelah berangkat dari Cirebon karena sudah mendekati jam istirahat tidur untuk rata-rata penumpang yang naik. Sesekali terdengar suara anak balita yang terbangun dan merengek, terdengar percakapan beberapa penumpang yang belum tidur, dan pramugari kereta yang menawarkan makanan minuman hangat . Kereta bergerak dan berhenti di Jogja pada pukul 02.00, sama dengan waktu kereta sampai di Cirebon, terdengar lagi hiruk pikuk penumpang yang naik dan turun dari kereta. Setelah itu kereta bergerak lagi menuju Solo Balapan. Akhirnya menjelang pagi pukul 4.30 kereta melewati Stasiun Madiun , lewat jendela kereta mulai terlihat semburat sinar matahari pagi. Pemandangan alam yang tersaji dari Madiun menuju ke daerah Nganjuk dan menuju Kertosono sangat indah menyajikan sawah dan rimbunnya pepohonan . Terasa mata dimanjakan oleh hijau menguningnya sawah yang siap dipanen, angin yang berhembus di luar seolah-olah terasa di dalam kereta. Akhirnya sampai juga di Stasiun Kediri pada pukul 06.10.

Stasiun Kediri ini merupakan stasiun kecil kalau dibandingkan dengan Stasiun Gambir, suasana di stasiun ini khas suasana stasiun di kota kecil seperti Cirebon. Namun terasa nyaman dan bersih. Fasilitasnya juga bisa dibilang lengkap dengan dominan warna putih dan abu-abu pada dekor bangunan membuat penumpang yang turun merasa seperti pulang ke rumah meskipun sebenarnya hanya wisatawan saja. Suasana stasiun ini pada pukul 6 pagi terasa sunyi karena hanya ada beberapa penumpang yang turun dan naik kereta. Ruang tunggu dan pembelian tiket juga berasa sunyi tapi nyaman. Sambil menunggu teman yang menjemput bisa duduk santai di ruang tunggu ini.

Setelah dijemput di depan stasiun , karena masih pagi maka awalnya mau cari sarapan dulu isi tenaga sebelum mulai bergerak. Tetapi ternyata kehidupan di kota ini pada pukul 06 pagi masih terasa sepi dan belum banyak tempat jual sarapan yang buka. Cuaca cerah , angin masih berasa sejuk bahkan terlihat masih ada sedikit kabut di daerah Kediri yang lebih tinggi.

Karena berkeliling mencari tempat sarapan belum buka, maka kami menuju ke daerah Gunung Klotok dimana terdapat objek wisata Goa Selomangleng. Area Goa ini di kaki Gunung “ Klotok” kelurahan Pojok, kecamatan Mojoroto. Goa ini diperkirakan dibuat pada abad 10-11 Masehi berdasarkan cerita rakyat, goa ini merupakan tempat pertapaan Dewi Kilisuci (Sanggramwijaya Tunggadewi) putri dari Raja Airlangga (Kerajaan Kahuripan). Kami tidak singgah ke dalam area goa, hanya berfoto di depan patung Dewi Kilisuci dan Museum Airlangga. Perjalanan dari pusat kota menuju kaki gunung ini tidak begitu jauh hanya kira-kira 10-15 menit dengan mobil pribadi. Sepanjang perjalanan , hawa sejuk berasa menuju kaki Gunung, AC mobil dimatikan dan jendela mobil dibuka sehingga kami bisa menikmati sejuk dan bersihnya udara sekitar. Karena kebetulan hari Sabtu pagi , maka banyak pesepeda pagi dan penduduk yang berolahraga menuju ke area ini. Ada satu posisi di kaki gunung ini yang menampilkan pemandangan Kota Kediri dari atas , sangat cantik , hijau dan bersih.

Setelah puas berfoto maka kami putuskan turun lagi dan menuju ke tempat sarapan, yang dicari pastinya kuliner khas Kediri ya, pecel tumpang Bu Yah di jalan Panglima Polim. Kediri terkenal sebagai kota tahu, tapi olahan tempenya juga terkenal. Sambal tumpang ini adalah olahan dari tempe Kediri. Pecel tumpang ini atau pecel dengan sajian sayuran rebus yang biasa terdiri dari bayam, kacang panjang, kecambah, kenikir, kecipir,bunga pepaya rebus dan disiram dengan sambel pecel dan sambal tumpang ( yang merupakan campuran tempe segar dan tempe lama). Biasanya disajikan dengan tambahan rempeyek kacang, telur ceplok , tahu atau tempe goreng sesuai selera, nikmat dimakan dengan nasi hangat yang masih mengepulkan uap panas. Disini selain menjual pecel tumpang juga banyak sajian tradisional seperti aneka bubur dan ketan, mmmm jadi lapar membayangkan sedapnya sajian saat itu. Pada saat sarapan pagi, tempat ini lumayan penuh dengan pembeli yang makan di tempat maupun yang mengantri untuk bawa pulang .

Tidak jauh dari situ ada bangunan unik Kelenteng Tri Darma Tjoe Hwie Kiong yang berada di jalan Yos Sudarso. Kelenteng ini merupakan Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Pemda Kediri. Relief dan arsitektur di dalam kelenteng sangat menarik untuk jadi spot foto. Semua bisa masuk setelah meminta izin dari penjaga kelenteng ini, mengingatkan perjalanan 3 tahun lalu di Kota Singkawang yang dijuluki Kota 1000 Kelenteng.

Dari Kelenteng ini, kami menuju ke Simpang Lima Gumul (SLG) salah satu spot foto yang menarik karena bangunannya seperti Arch de Triomphe Paris. Jadi kalau mau foto Arch de Triomphe tidak perlu jauh-jauh ke Paris cukup ke Kediri saja ya, dijamin hemat biaya. Monumen ini mulai dibangun tahun 2003 dan diresmikan pada 2008 . Areanya terletak di desa Tugurejo, daerah Ngasem kabupaten Kediri, berada di tengah-tengah pertemuan 5 jalan yaitu Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten. Secara spesifik tujuan pembangunan monument ini tidak diketahui secara pasti, tetapi terinspirasi dari Jongko Joyoboyo , Raja Kediri pada abad ke 12 yang ingin menggabungkan 5 daerah di Kediri. Selain sebagai icon, SLG inijuga dikenal sebagai pusat perdagangan dan ekonomi baru di Kediri.

Perut mulai berasa lapar setelah keliling area klenteng dan SLG, tapi mau makan siang masih agak penuh juga. Saatnya cari kudapan khas Kediri , Klepon Miroso di desa Wonosari , Kecamatan Pagu. Hidangan khas ini lumayan cocok untuk mengganjal perut sebelum makan siang. Menu yang ada disini, selain klepon , ada lopis dan cenil. Langsung pesan klepon lengkap dengan lopis dan cenil , rasanya benar-benar miroso enak .

Perjalanan berikutnya adalah menuju ke Petilasan Joyoboyo , hanya sebentar kami di sini , karena berikutnya menuju salah satu spot menarik yaitu tempat industri tenun ikat di kelurahan Bandar Kidul, kecamatan Mojoroto yang terkenal sebagai sentra tenun ikat. Kami mengunjungi CV Medali Emas dan ditemuin langsung oleh Ibu Siti Ruqoyah pemiliknya. Ibu Siti ini dengan ramah menjelaskan tentang proses pembuatan tenun ikat dari awal pencelupan benang , proses desain motif sampai ke proses akhir menjadi tenun ikat. CV Medali Emas ini merupakan salah satu UKM Unggulan Kediri yang sudah banyak menerima penghargaan , salah satunya Upakarti kategori kepeloporan pada 2010. Berdiri dari 27 Februari 1989 , dengan pengalaman selama 31 tahun CV Medali Emas sudah berkontribusi menyerap tenaga kerja dari area sekitarnya. Produk yang dihasilkan juga beraneka ragam selain kain tenun ikat juga diproduksi dalam bentuk baju jadi juga dalam bentuk sepatu. Satu lagi kelebihannya adalah jika model baju jadi yang ada tidak sesuai dengan model yang diinginkan , maka kita bisa memilih kain , memilih model yang kita inginkan dan nanti akan ada penjahit yang mengukur dan menjahitkan sesuai model yang kita inginkan, hasil baju akan dikirimkan ke alamat kita. Ini satu terobosan yang bagus untuk usaha tenun ikat ini. Di sini jika ada pengunjung yang akan belajar secara langsung proses pembuatan tenun ikat juga disediakan sarananya. Ini akan menjadi pengalaman menarik bagi pengunjung yang datang. Kekaguman kepada Ibu Siti ini adalah dengan tampilan yang sederhana, tidak ada kesan sombong sebagai pengusaha yang sukses bahkan bekerja sama dengan desainer Didiet Maulana. Semangat Beliau untuk memajukan daerahnya patut dipuji bahkan memberdayakan masyarakat sekitar.

Puas memilih kain dan model baju serta belanja sepatu dari tenun ikat maka kami bergerak lagi menuju ke destinasi berikut yang tidak kalah menariknya Keboen Kopi Karanganjar. Kebun Kopi Karanganyar ini terletak di Dusun Karanganyar Desa Modangan, Kecamatan Nglegok , Kabupaten Blitar. Kenapa kebun kopi ini dipilih sebagai salah satu destinasi dari E3Trip karena kebun kopi ini selain tempatnya yang indah dan bersejarah , kita bisa belajar banyak tentang sejarah kopi , bisa belajar menanam dan memelihara bibit kopi serta mencicipi rasa dan menilai kualitas kopi. Perkebunan ini dibuka pada tahun 1874 oleh Belanda dan komoditi utamanya adalah kopi dan cengkeh. Melewati perjalanan sejarah yang panjang kepemilikan dari orang Belanda, sampai pada saat kemerdekaan kebun kopi ini jatuh ke tangan Denny Roshadi seorang pegawai perkebunan yang telah lama bekerja di sana. Saat ini Perkebunan Kopi Karanganyar ini dikelola oleh 3 generasi keluarga Roshadi. Selain kopi dan alamnya, kebun kopi ini menawarkan wisata sejarah dengan adanya 3 mini musium : Musium Purna Bakti, Musium Pusaka dan Musium mBlitaran, ada Roemah Lodji untuk mengetahui sejarah Keluarga Roshadi dan juga ada kamar 806 milik Bung Karno. Area ini sangat cocok dikunjungi untuk keluarga karena fasilitas hiburan untuk anak-anak sampai dewasa ada. Tidak usah kuatir mengenai masalah makanan karena ada café dan restaurant dengan suasana yang nyaman dan hiasan yang unik. Setiap sudut tempat ini dari mulai pintu masuk sangat cocok digunakan untuk spot foto. Menu-menu khas Blitar ada di sini dan di café bisa mencoba aneka jenis kopi. Sejauh mata memandang dimanjakan dengan pemandangan indah yang membawa suasana ke tempo dulu. Uniknya pegawai magang di resto dan di toko kopi ada orang Belandanya. Berada di area perbukitan menjadikan tempat ini sejuk , meskipun waktu ke sana kondisi sedang hujan tidak menyurutkan semangat untuk menjelajah area, karena cuaca makin memburuk dengan hujan deras sehingga tidak bisa mengunjungi menjelajah area kebun kopi dan pembibitan. Harus dialokasikan satu hari untuk menikmati keseluruhan tempat ini. Kenangan mengunjungi tempat ini pasti akan menjadi kenangan indah seumur hidup kita, dan membuat kita merindukan datang kembali mengunjunginya.

Karena malam menjelang dan kondisi langit menggelap karena mendung dan hujan , maka Kami memutuskan untuk pulang ke Kediri lagi. Sepanjang perjalanan pulang hujan turun sangat deras sehingga mobil hanya bisa berjalan dengan pelan apalagi jalur jalan sempit sehingga harus berhati-hati. Akhirnya sampai juga ke Kota Kediri dan Kami beristirahat menyiapkan energi untuk besok pagi .

Keesokan pagi, dengan semangat menjelajah sawah dan berjalan mengitari kebun jati yang luas. Pemandangan yang hijau ditambah dengan hawa yang sejuk membuat betah berjalan-jalan di kaki gunung Klotok ini. Plan dari E3 trip adalah peserta diajak untuk meramban atau mencari dedaunan untuk nanti dijadikan bahan ecocraft di kain , aka nada trainer lokal yang mengajari cara membuat kain ecoprint ini. Hasil kain ini nanti bisa dibawa pulang oleh peserta dalam bentuk kain atau bisa minta dijahitkan dalam bentuk tas nantinya. Bangga kan pastinya menggunakan tas hasil karya sendiri.

Kediri Ecocraft Weaving trip mengajak peserta menikmati pemandangan indah di Kediri dan Blitar, belajar proses menenun dan membuat ecocraft serta menikmati wisata sejarah Perkebunan Kopi Karanganyar.

 

Penulis Siendy seorang crafter yang suka traveling, founder dari E3trip yang menggabungkan traveling dengan pengalaman belajar craft, sebuah liburan yang dibuat khusus untuk anda dalam group kecil. Mari gabung fB fan page E3Trip dan IG E3_trip.

1 comment:

  1. Pengalaman yang sangat menarik! Kediri dekat dengan kota kecilku, tapi belum pernah menjelajah sejauh ini. Next kudu nyoba deh. Semoga covid cepat berlalu.

    ReplyDelete

Pagi ini

  Setelah berhari-hari cuaca mendung, melihat langit biru sangat memukau hati. Keceriaan dan cerahnya langit membuat hati makin semangat bek...