Kediri
Ecocraft Waving Trip
Kisah kali ini dimulai dari mendengar cerita
teman-teman komunitas origami yang menceritakan tentang Kediri. Kediri adalah
kota terbesar ke-3 di Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang. Cerita tentang
keindahan alam, kuliner dan tenun Kediri menjadi daya tarik untuk ke sana.
Setelah hunting tiket kereta dan pesawat , akhirnya survey dimulai tanggal 6-8
Maret 2020. Ini kisah perjalanan terakhir di tahun 2020 sebelum kondisi
covid-19 semakin parah dan tidak bisa bebas bepergian. Berasa masih beruntung
sekali sempat pergi jalan-jalan survey ke Kediri.
Jumat siang pukul 14.30 izin pulang cepat , mandi dan
langsung berangkat ke Gambir. Kereta Gajayana berangkat pukul 18 dan
berdasarkan schedule akan sampai ke Kediri pukul 06 pagi. Pukul 18.05 baru
keliatan kereta datang dan penumpang dipersilakan bersiap menaiki kereta.
Lega rasanya setelah menempati kursi di dalam kereta.
Kondisi gerbong yang ditempati bisa dibilang padat dengan penumpang .
Perjalanan dimulai ,nyaman duduk di dalam kereta, kebetulan duduk di samping
jendela sehingga bisa melihat situasi di luar. Kereta berjalan lambat namun
pasti, gerakan kereta yang konstan ditambah dengan capai setelah seharian
bekerja dan harus berlari-lari menyebabkan mengantuk dan terlelap dalam
perjalanan awal.
Pada saat kereta berhenti di Cirebon, sempat terbangun
karena banyak penumpang yang turun di Cirebon, dan banyak pula yang naik dari
Cirebon. Hiruk pikuk penumpang naik dan turun selama 10-15 menit, kemudian
kereta mulai lagi berjalan perlahan. Kondisi kereta mulai sunyi lagi setelah
berangkat dari Cirebon karena sudah mendekati jam istirahat tidur untuk
rata-rata penumpang yang naik. Sesekali terdengar suara anak balita yang
terbangun dan merengek, terdengar percakapan beberapa penumpang yang belum
tidur, dan pramugari kereta yang menawarkan makanan minuman hangat . Kereta
bergerak dan berhenti di Jogja pada pukul 02.00, sama dengan waktu kereta
sampai di Cirebon, terdengar lagi hiruk pikuk penumpang yang naik dan turun
dari kereta. Setelah itu kereta bergerak lagi menuju Solo Balapan. Akhirnya
menjelang pagi pukul 4.30 kereta melewati Stasiun Madiun , lewat jendela kereta
mulai terlihat semburat sinar matahari pagi. Pemandangan alam yang tersaji dari
Madiun menuju ke daerah Nganjuk dan menuju Kertosono sangat indah menyajikan
sawah dan rimbunnya pepohonan . Terasa mata dimanjakan oleh hijau menguningnya
sawah yang siap dipanen, angin yang berhembus di luar seolah-olah terasa di
dalam kereta. Akhirnya sampai juga di Stasiun Kediri pada pukul 06.10.
Stasiun Kediri ini merupakan stasiun kecil kalau
dibandingkan dengan Stasiun Gambir, suasana di stasiun ini khas suasana stasiun
di kota kecil seperti Cirebon. Namun terasa nyaman dan bersih. Fasilitasnya
juga bisa dibilang lengkap dengan dominan warna putih dan abu-abu pada dekor
bangunan membuat penumpang yang turun merasa seperti pulang ke rumah meskipun
sebenarnya hanya wisatawan saja. Suasana stasiun ini pada pukul 6 pagi terasa
sunyi karena hanya ada beberapa penumpang yang turun dan naik kereta. Ruang
tunggu dan pembelian tiket juga berasa sunyi tapi nyaman. Sambil menunggu teman
yang menjemput bisa duduk santai di ruang tunggu ini.
Setelah dijemput di depan stasiun , karena masih pagi
maka awalnya mau cari sarapan dulu isi tenaga sebelum mulai bergerak. Tetapi
ternyata kehidupan di kota ini pada pukul 06 pagi masih terasa sepi dan belum
banyak tempat jual sarapan yang buka. Cuaca cerah , angin masih berasa sejuk
bahkan terlihat masih ada sedikit kabut di daerah Kediri yang lebih tinggi.
Karena berkeliling mencari tempat sarapan belum buka,
maka kami menuju ke daerah Gunung Klotok dimana terdapat objek wisata Goa
Selomangleng. Area Goa ini di kaki Gunung “ Klotok” kelurahan Pojok, kecamatan
Mojoroto. Goa ini diperkirakan dibuat pada abad 10-11 Masehi berdasarkan cerita
rakyat, goa ini merupakan tempat pertapaan Dewi Kilisuci (Sanggramwijaya
Tunggadewi) putri dari Raja Airlangga (Kerajaan Kahuripan). Kami tidak singgah
ke dalam area goa, hanya berfoto di depan patung Dewi Kilisuci dan Museum
Airlangga. Perjalanan dari pusat kota menuju kaki gunung ini tidak begitu jauh
hanya kira-kira 10-15 menit dengan mobil pribadi. Sepanjang perjalanan , hawa
sejuk berasa menuju kaki Gunung, AC mobil dimatikan dan jendela mobil dibuka
sehingga kami bisa menikmati sejuk dan bersihnya udara sekitar. Karena
kebetulan hari Sabtu pagi , maka banyak pesepeda pagi dan penduduk yang
berolahraga menuju ke area ini. Ada satu posisi di kaki gunung ini yang
menampilkan pemandangan Kota Kediri dari atas , sangat cantik , hijau dan
bersih.
Setelah puas berfoto maka kami putuskan turun lagi dan
menuju ke tempat sarapan, yang dicari pastinya kuliner khas Kediri ya, pecel
tumpang Bu Yah di jalan Panglima Polim. Kediri terkenal sebagai kota tahu, tapi
olahan tempenya juga terkenal. Sambal tumpang ini adalah olahan dari tempe
Kediri. Pecel tumpang ini atau pecel dengan sajian sayuran rebus yang biasa
terdiri dari bayam, kacang panjang, kecambah, kenikir, kecipir,bunga pepaya
rebus dan disiram dengan sambel pecel dan sambal tumpang ( yang merupakan
campuran tempe segar dan tempe lama). Biasanya disajikan dengan tambahan
rempeyek kacang, telur ceplok , tahu atau tempe goreng sesuai selera, nikmat
dimakan dengan nasi hangat yang masih mengepulkan uap panas. Disini selain
menjual pecel tumpang juga banyak sajian tradisional seperti aneka bubur dan
ketan, mmmm jadi lapar membayangkan sedapnya sajian saat itu. Pada saat sarapan
pagi, tempat ini lumayan penuh dengan pembeli yang makan di tempat maupun yang
mengantri untuk bawa pulang .
Tidak jauh dari situ ada bangunan unik Kelenteng Tri
Darma Tjoe Hwie Kiong yang berada di jalan Yos Sudarso. Kelenteng ini merupakan
Kawasan Cagar Budaya yang dilindungi oleh Pemda Kediri. Relief dan arsitektur
di dalam kelenteng sangat menarik untuk jadi spot foto. Semua bisa masuk
setelah meminta izin dari penjaga kelenteng ini, mengingatkan perjalanan 3
tahun lalu di Kota Singkawang yang dijuluki Kota 1000 Kelenteng.
Dari Kelenteng ini, kami menuju ke Simpang Lima Gumul
(SLG) salah satu spot foto yang menarik karena bangunannya seperti Arch de
Triomphe Paris. Jadi kalau mau foto Arch de Triomphe tidak perlu jauh-jauh ke
Paris cukup ke Kediri saja ya, dijamin hemat biaya. Monumen ini mulai dibangun
tahun 2003 dan diresmikan pada 2008 . Areanya terletak di desa Tugurejo, daerah
Ngasem kabupaten Kediri, berada di tengah-tengah pertemuan 5 jalan yaitu
Gampengrejo, Pagu, Pare, Pesantren dan Plosoklaten. Secara spesifik tujuan
pembangunan monument ini tidak diketahui secara pasti, tetapi terinspirasi dari
Jongko Joyoboyo , Raja Kediri pada abad ke 12 yang ingin menggabungkan 5 daerah
di Kediri. Selain sebagai icon, SLG inijuga dikenal sebagai pusat perdagangan
dan ekonomi baru di Kediri.
Perut mulai berasa lapar setelah keliling area
klenteng dan SLG, tapi mau makan siang masih agak penuh juga. Saatnya cari
kudapan khas Kediri , Klepon Miroso di desa Wonosari , Kecamatan Pagu. Hidangan
khas ini lumayan cocok untuk mengganjal perut sebelum makan siang. Menu yang
ada disini, selain klepon , ada lopis dan cenil. Langsung pesan klepon lengkap
dengan lopis dan cenil , rasanya benar-benar miroso enak .
Perjalanan berikutnya adalah menuju ke Petilasan
Joyoboyo , hanya sebentar kami di sini , karena berikutnya menuju salah satu
spot menarik yaitu tempat industri tenun ikat di kelurahan Bandar Kidul,
kecamatan Mojoroto yang terkenal sebagai sentra tenun ikat. Kami mengunjungi CV
Medali Emas dan ditemuin langsung oleh Ibu Siti Ruqoyah pemiliknya. Ibu Siti
ini dengan ramah menjelaskan tentang proses pembuatan tenun ikat dari awal
pencelupan benang , proses desain motif sampai ke proses akhir menjadi tenun
ikat. CV Medali Emas ini merupakan salah satu UKM Unggulan Kediri yang sudah
banyak menerima penghargaan , salah satunya Upakarti kategori kepeloporan pada 2010.
Berdiri dari 27 Februari 1989 , dengan pengalaman selama 31 tahun CV Medali
Emas sudah berkontribusi menyerap tenaga kerja dari area sekitarnya. Produk
yang dihasilkan juga beraneka ragam selain kain tenun ikat juga diproduksi
dalam bentuk baju jadi juga dalam bentuk sepatu. Satu lagi kelebihannya adalah
jika model baju jadi yang ada tidak sesuai dengan model yang diinginkan , maka
kita bisa memilih kain , memilih model yang kita inginkan dan nanti akan ada
penjahit yang mengukur dan menjahitkan sesuai model yang kita inginkan, hasil
baju akan dikirimkan ke alamat kita. Ini satu terobosan yang bagus untuk usaha
tenun ikat ini. Di sini jika ada pengunjung yang akan belajar secara langsung
proses pembuatan tenun ikat juga disediakan sarananya. Ini akan menjadi
pengalaman menarik bagi pengunjung yang datang. Kekaguman kepada Ibu Siti ini
adalah dengan tampilan yang sederhana, tidak ada kesan sombong sebagai
pengusaha yang sukses bahkan bekerja sama dengan desainer Didiet Maulana.
Semangat Beliau untuk memajukan daerahnya patut dipuji bahkan memberdayakan
masyarakat sekitar.
Puas memilih kain dan model baju serta belanja sepatu
dari tenun ikat maka kami bergerak lagi menuju ke destinasi berikut yang tidak
kalah menariknya Keboen Kopi Karanganjar. Kebun Kopi Karanganyar ini terletak
di Dusun Karanganyar Desa Modangan, Kecamatan Nglegok , Kabupaten Blitar.
Kenapa kebun kopi ini dipilih sebagai salah satu destinasi dari E3Trip karena
kebun kopi ini selain tempatnya yang indah dan bersejarah , kita bisa belajar banyak
tentang sejarah kopi , bisa belajar menanam dan memelihara bibit kopi serta
mencicipi rasa dan menilai kualitas kopi. Perkebunan ini dibuka pada tahun 1874
oleh Belanda dan komoditi utamanya adalah kopi dan cengkeh. Melewati perjalanan
sejarah yang panjang kepemilikan dari orang Belanda, sampai pada saat
kemerdekaan kebun kopi ini jatuh ke tangan Denny Roshadi seorang pegawai
perkebunan yang telah lama bekerja di sana. Saat ini Perkebunan Kopi
Karanganyar ini dikelola oleh 3 generasi keluarga Roshadi. Selain kopi dan
alamnya, kebun kopi ini menawarkan wisata sejarah dengan adanya 3 mini musium :
Musium Purna Bakti, Musium Pusaka dan Musium mBlitaran, ada Roemah Lodji untuk
mengetahui sejarah Keluarga Roshadi dan juga ada kamar 806 milik Bung Karno.
Area ini sangat cocok dikunjungi untuk keluarga karena fasilitas hiburan untuk
anak-anak sampai dewasa ada. Tidak usah kuatir mengenai masalah makanan karena
ada café dan restaurant dengan suasana yang nyaman dan hiasan yang unik. Setiap
sudut tempat ini dari mulai pintu masuk sangat cocok digunakan untuk spot foto.
Menu-menu khas Blitar ada di sini dan di café bisa mencoba aneka jenis kopi. Sejauh
mata memandang dimanjakan dengan pemandangan indah yang membawa suasana ke
tempo dulu. Uniknya pegawai magang di resto dan di toko kopi ada orang
Belandanya. Berada di area perbukitan menjadikan tempat ini sejuk , meskipun
waktu ke sana kondisi sedang hujan tidak menyurutkan semangat untuk menjelajah
area, karena cuaca makin memburuk dengan hujan deras sehingga tidak bisa
mengunjungi menjelajah area kebun kopi dan pembibitan. Harus dialokasikan satu
hari untuk menikmati keseluruhan tempat ini. Kenangan mengunjungi tempat ini
pasti akan menjadi kenangan indah seumur hidup kita, dan membuat kita
merindukan datang kembali mengunjunginya.
Karena malam menjelang dan kondisi langit menggelap
karena mendung dan hujan , maka Kami memutuskan untuk pulang ke Kediri lagi.
Sepanjang perjalanan pulang hujan turun sangat deras sehingga mobil hanya bisa
berjalan dengan pelan apalagi jalur jalan sempit sehingga harus berhati-hati.
Akhirnya sampai juga ke Kota Kediri dan Kami beristirahat menyiapkan energi
untuk besok pagi .
Keesokan pagi, dengan semangat menjelajah sawah dan
berjalan mengitari kebun jati yang luas. Pemandangan yang hijau ditambah dengan
hawa yang sejuk membuat betah berjalan-jalan di kaki gunung Klotok ini. Plan
dari E3 trip adalah peserta diajak untuk meramban atau mencari dedaunan untuk
nanti dijadikan bahan ecocraft di kain , aka nada trainer lokal yang mengajari
cara membuat kain ecoprint ini. Hasil kain ini nanti bisa dibawa pulang oleh
peserta dalam bentuk kain atau bisa minta dijahitkan dalam bentuk tas nantinya.
Bangga kan pastinya menggunakan tas hasil karya sendiri.
Kediri Ecocraft Weaving trip mengajak peserta
menikmati pemandangan indah di Kediri dan Blitar, belajar proses menenun dan
membuat ecocraft serta menikmati wisata sejarah Perkebunan Kopi Karanganyar.
Penulis Siendy seorang crafter yang suka traveling,
founder dari E3trip yang menggabungkan traveling dengan pengalaman belajar craft,
sebuah liburan yang dibuat khusus untuk anda dalam group kecil. Mari gabung fB
fan page E3Trip dan IG E3_trip.
Pengalaman yang sangat menarik! Kediri dekat dengan kota kecilku, tapi belum pernah menjelajah sejauh ini. Next kudu nyoba deh. Semoga covid cepat berlalu.
ReplyDelete